Thursday, August 20, 2009

Gak nyangka jadi juara 3 se-Jabar

Tanggal 15 Agustus 2009 kemarin, aku, Arief, Dylan, Hasan ikutan Pasanggiri Seni Sunda: Band.. Kita tampil sekitar jam satu-an. Kira-kira jam 8 malem, Hasan nelpon kalo kita dapet juara 3. Wow, senang saya. Baru pertama kali tampil di depan umum langsung dapet juara 3. Ayey. Tanggal 17 Agustus, sehabis upacara, ada pengumuman. Nama kita dipanggil. Kita maju ke depan, dan diberi selamat sama Pak Rukmana. Kita dikasih liat pialanya. Begitu aku lihat, di pialanya tertulis, "Juara 3 Pasanggiri Seni Sunda Se-Jabar". Wow, kita pada kaget, dikirain se Subang. Tapi bangga dong walaupun juara 3.

Wednesday, January 21, 2009

Unsur Kehidupan dan Badai di Planet Asing

Keingintahuan, mimpi dan harapan untuk menemukan kehidupan cerdas lainnya terus membawa manusia dalam pencarian ke sudut-sudut alam semesta. Apakah pencarian itu tanpa hasil? Tidak juga. Tahun lalu penemuan planet layak huni di bintang Gliese 581 membawa kita pada paradigma baru akan keberadaan planet yang memiliki air di luar Tata Surya. Mengapa air? Ini tak lepas dari pentingnya air sebagai unsur kehidupan di Bumi. Karena tentunya pencarian kehidupan akan selalu mengacu pada kehidupan di Bumi. Kali ini para astronom kembali mendeteksi keberadaan air bahkan juga kemungkinan tanda cuaca di sebuah planet nun jauh di luar Tata Surya. Planet gas raksasa yang tengah diamati itu mengorbit bintang yang berada 63 tahun cahaya jauhnya dari Bumi. Diperkirakan planet asing tersebut memiliki karbon dioksida dan metana di atmosfernya. Berdasarkan model teoritis, air merupakan molekul paling berlimpah di alam semesta. Nah, tentunya molekul air akan mudah terbentuk dalam atmosfer planet. Sayangnya ternyata tidak semudah itu. Saat pengamatan pertama dilakukan, tidak ditemukan tanda-tanda keberadaan air di spektrum atmosfernya. Jejak awal air di atmosfer memang sempat dikenali tahun lalu pada planet ini dan exoplanet lainnya. Namun saat itu data yang ada masih ambigu. Bukti baru kembali dimunculkan setelah spektrum yang ada memperlihatkan dengan sangat jelas keberadaan air di atmosfer planet tersebut. Planet ini termasuk kategori planet “hot Jupiter” - sebuah planet gas raksasa yang mengorbit sangat dekat ke bintangnya dibanding Jupiter ke Matahari. Karena itu planet yang juga dikenal sebagai planet HD 189733b ini lebih panas dari pada Jupiter. Pengamatan pada HD 189733b dilakukan dengan menggunakan metode “gerhana pada saat kontak awal” untuk mengeliminasi cahaya bintang induk dan merekam cahaya si planet. Dengan metode ini, astronom harus merekam cahaya kedua objek tersebut baru kemudian dikurangi dengan spektrum cahaya bintang yang diambil saat planet berada di baliknya. Carl Grillmair dari Spitzer Science Center menggunakan spektograf infra merah pada Spitzer Space Telescope untuk mengamati planet HD 189733b. Pengamatan dilakukan pada panjang gelombang infra merah menengah, area spektrum dimana tanda molekul air akan mudah dikenali dengan jelas. Hasilnya, tak pelak lagi tampak keberadaan uap air disana. Langit BerawanTapi mengapa pada saat pertama kali diteliti tidak tampak jelas keberadaan air pada spektrum HD 189733b? Mengapa bisa ada perubahan seperti itu? Perubahan mungkin saja terjadi karena perubahan awan pada lapisan atmosfer teratas planet tersebut. Diprediksi terjadi badai yang dahsyat atau cuaca yang sangat buruk disertai angin ribuan mil perjam yang membentuk awan tinggi di atmosfer dan menyembunyikan tanda keberadaan air pada awan yang lebih rendah. Saat ini masih belum bisa dipastikan apa yang terjadi dengan data yang ada. Namun penjelasan yang menyertakan perubahan cuaca ini sangat memungkinkan dan memberi kegembiraan baru. Bayangkan jika ini benar, kita baru saja mendapat petunjuk laporan cuaca dari dunia baru yang berada jauh dari Tata Surya. Menurut Adam Burrows dari Princeton University, pertanyaan-pertanyaan yang ada diharapkan akan memperoleh jawaban dari data baru yang akan datang bulan depan. Diharapkan data tersebut bisa mengkonfirmasi apakah memang yang dilihat adalah pola pertama dari cuaca di exoplanet ataukah perbedaan itu muncul dari perbedaan cara pengambilan data. Tanda KehidupanAir.. memang merupakan satu di antara 4 unsur kimia yang mengindikasikan sebuah planet masuk dalam kriteria layak dihuni. Tiga unsur lainnya adalah karbon dioksida, metana, dan oksigen. Dari ke-4 unsur tersebut, 3 di antaranya telah ditemukan di atmosfer HD 189773b. Sayangnya sampai saat ini belum ditemukan tanda keberadaan oksigen. Bahkan tanda keberadaan oksigen memang belum ditemukan di exoplanet manapun. Bagaimana kalau oksigen ditemukan di HD 189733b, akankah ada kehidupan di sana? Bukankah ke-4 unsur kimia yang mendukung kehidupan sudah lengkap? Seandainya di sana ada oksigen, planet HD 189733b masih tidak memungkinkan untuk memiliki kehidupan yang mirip dengan Bumi. Ini disebabkan karena planet ini terlalu panas untuk bisa memiliki kehidupan. Seandainya terbentuk pun kehidupan itu tidak akan bertahan lama. Namun keberhasilan mendapat spektra molekul penunjang kehidupan tetap merupakan sebuah kemenangan. Dan metode yang sama akan dapat diterapkan untuk mempelajari atmosfer planet batuan yang serupa Bumi, yang justru memungkinkan untuk memiliki kehidupan di dalamnya. Tapi untuk mencapai titik tersebut, dibutuhkan peralatan yang lebih besar dan lebih baik. Sumber : Nature

Sunday, January 18, 2009

Gerhana Matahari Cincin 26 Januari 2009

Dua peristiwa gerhana Bulan sudah pernah saya bahas, yaitu gerhana Bulan total pada Agustus 2007 dan gerhana Bulan sebagian pada Agustus 2008. Kali ini saya akan membahas gerhana Matahari yang akan terjadi dalam waktu dekat ini, yaitu Gerhana Matahari Cincin (GMC) tanggal 26 Januari 2009.Secara umum, gerhana Matahari terjadi ketika Bulan berada di antara Matahari dan Bumi, sedemikian sehingga cahaya Matahari yang biasanya mengenai permukaan Bumi akan terhalang oleh Bulan (lihat gambar di bawah). Apabila seluruh piringan Matahari tertutup sempurna oleh Bulan, kita di Bumi akan menyaksikan terjadinya gerhana Matahari total (A). Sedangkan bila bagian tengah Matahari gelap tertutup Bulan namun bagian tepi piringannya masih dapat terlihat dari Bumi, berarti yang sedang terjadi adalah gerhana Matahari cincin (B). Sketsa gerhana Matahari. Sumber: en.wikipedia.org Namun tidak semua orang di Bumi dapat melihat fase total atau cincin setiap kali gerhana Matahari total atau cincin itu terjadi. Hanya sebagian kecil penduduk Bumi yang dapat melihatnya. Sementara kebanyakan orang hanya dapat melihat gerhana Matahari sebagian saja (C). Lintasan GerhanaHari Senin tanggal 26 Januari 2009 nanti, kita yang berada di Indonesia beruntung karena mendapat kesempatan untuk menyaksikan peristiwa gerhana Matahari. Beberapa wilayah Indonesia bahkan dilewati oleh jalur gerhana Matahari cincin (lihat gambar di bawah). Jalur tersebut diketahui akan melintasi bagian selatan pulau Sumatera (Lampung dan sekitarnya), bagian barat pulau Jawa (Cilegon, Serang, Anyer, dan sekitarnya) dan bagian tengah pulau Kalimantan. Sedangkan pengamat di wilayah Indonesia lainnya hanya bisa menyaksikan gerhana Matahari sebagian. Jadi jika Anda ingin menyaksikan GMC, silakan datang ke tempat-tempat tersebut. GMC 26 Januari 2009. Sumber:NASA Eclipse Web Site Lalu kapan tepatnya peristiwa GMC itu berlangsung? Proses GMC itu akan diawali dengan tertutupnya piringan Matahari oleh Bulan pada pukul 15.21 WIB. Kemudian Matahari akan berubah menjadi bentuk sabit hingga akhirnya seluruh piringan Bulan sudah berada di dalam piringan Matahari. Inilah yang disebut dengan puncak GMC, yang akan terjadi pada pukul 16.40 WIB. Kita akan melihat Matahari berbentuk cincin selama sekitar 6 menit. Setelah itu Bulan mulai keluar dari piringan Matahari hingga pada pukul 17.52 WIB Bulan sudah benar-benar meninggalkan piringan Matahari sebagai tanda bahwa peristiwa GMC ini sudah berakhir. Jadi dari perhitungan di atas, berarti waktu yang kita miliki untuk melihat Bulan menutupi Matahari adalah sekitar 90 menit. Simulasi di atas berlaku untuk pengamat yang berada di bagian selatan pulau Sumatera. Untuk di kota Semarang, Gerhana Matahari Sebagian akan mulai sekitar pukul 15.23 dan berakhir pada pukul 17.48 WIB. Animasi kenampakan kedua gerhana tersebut saya sertakan di bawah. Animasi ini dibuat dengan program Cartes du Ciel 2.76. Ilustrasi GMC dari bagian selatan pulau Sumatera Ilustrasi GMC dari Semarang Bagaimana dengan kenampakan dan waktu gerhana untuk daerah lain? Silakan lihat datanya di halaman ini. Data gerhana untuk beberapa daerah di Indonesia dan daerah-daerah di seluruh dunia ada di sini, lengkap dengan animasi dan ilustrasi kenampakan gerhananya. Bagaimana, apakah Anda tertarik untuk melakukan pengamatan gerhana ini? Untuk itu, Anda harus mempersiapkannya dengan baik. Berikut saya jelaskan 3 hal penting yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan pengamatan. 1. Cara pengamatanAnda harus tahu cara yang aman dalam melakukan pengamatan Matahari. Pengamatan Matahari (gerhana atau tidak) tidak bisa dilakukan sembarangan. Karena energi yang dipancarkan Matahari begitu besar, mata kita dapat menjadi rusak (temporer atau bahkan kebutaan permanen) jika kita melihat Matahari secara langsung (mata telanjang) ataupun dengan alat bantu optik (teleskop, binokular, atau kamera). Ada setidaknya empat cara aman untuk mengamati Matahari, baik dalam keadaan gerhana atupun tidak. Silakan tentukan cara mana yang menurut Anda bisa Anda lakukan. Pertama, melihat citra Matahari yang diproyeksikan ke kertas dari kamera lubang jarum (pinhole camera). Kamera ini bisa dibuat sendiri dengan mudah dan murah karena kita bisa buat sendiri dari benda-benda di sekitar kita (contohnya dapat dilihat di sini). Kedua, melihat citra Matahari yang diproyeksikan dari teleskop atau binokular. Cara ini juga murah dan sederhana untuk dilakukan jika kita mempunyai dan ingin menggunakan alat bantu optik (misalnya teleskop) untuk mengamati Matahari. Lihat gambar berikut sebagai ilustrasinya. Ketiga, melakukan pengamatan dengan teleskop atau binokular yang dillengkapi dengan filter Matahari khusus yang berguna untuk mengurangi intensitas cahaya Matahari yang masuk ke teleskop atau binokular. Filter ini tersedia di toko-toko penjual peralatan astronomi yang sudah ada beberapa di Indonesia. Keempat, kita bisa membuat filter Matahari sederhana (lihat halaman ini untuk melihat cara pembuatannya). Tapi, filter tersebut bukan untuk pengamatan dengan alat bantu optik seperti teleskop, binokular, atau kamera foto. Hanya untuk pengamatan dengan mata telanjang saja. 2. Lokasi pengamatanJika Anda sudah siap dengan peralatannya, tentukan lokasi yang akan Anda datangi untuk melakukan pengamatan. Jika Anda ingin mengamati GMC namun Anda tidak tinggal di daerah yang dapat melihatnya, tentunya Anda harus menyiapkan akomodasinya (transportasi dan penginapan) seawal mungkin. Ingat, GMC ini mungkin akan mengundang perhatian banyak orang dari seluruh dunia karena Indonesia adalah lokasi yang strategis. Ketidaknyamanan akibat kurang siapnya akomodasi sebaiknya tidak terjadi agar tidak menghambat Anda dalam melakukan pengamatan GMC. Hal penting lainnya yang masih berkaitan dengan lokasi untuk melakukan pengamatan adalah lokasi tersebut haruslah memiliki langit sebelah barat yang bebas halangan (dari gedung, pohon, pegunungan, atau lainnya), karena gerhana nanti akan berlangsung di langit sebelah barat. Jika bisa, survey lokasi pengamatan sebelum hari-H akan memudahkan Anda dalam melakukan pengamatan nantinya. 3. CuacaSatu hal yang terpenting untuk diperhatikan di hari-H adalah masalah cuaca. Keberhasilan pengamatan gerhana nanti memang sangat bergantung pada cuaca lokasi. Namun kita tidak bisa berharap bahwa cuaca akan baik pada saat gerhana berlangsung. Jadi yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terburuk, yaitu saat turun hujan deras. Peralatan yang kita bawa harus bebas dari resiko basah terkena hujan. Lengkapi bawaan kita dengan sejumlah tas plastik besar (trash bag) sebagai antisipasi darurat kala hujan turun tiba-tiba. Terakhir: JANGAN SEKALIPUN MENGAMATI MATAHARI TANPA FILTER PENAPIS CAHAYA MATAHARI, BAIK MEMAKAI MATA TELANJANG, TELESKOP, ATAU ALAT BANTU OPTIK LAINNYA, KARENA AKAN MERUSAK DAN BAHKAN MEMBUTAKAN MATA ANDA. Selamat melakukan pengamatan!

Planet X Pada Kiamat 2012 Bukan Planet Nibiru

Bagian luar Tata Surya masih memiliki banyak planet-planet minor yang belum ditemukan. Sejak pencarian Planet X dimulai pada awal abad ke 20, kemungkinan akan adanya planet hipotetis yang mengorbit Matahari di balik Sabuk Kuiper telah membakar teori-teori Kiamat dan spekulasi bahwa Planet X sebenarnya merupakan saudara Matahari kita yang telah lama “hilang”. Tetapi, mengapa kita harus cemas duluan akan Planet X/Teori Kiamat ini? Planet X kan tidak lain hanya merupakan obyek hipotetis yang tidak diketahui? Teori-teori ini didorong pula dengan adanya ramalan suku Maya akan kiamat dunia pada tahun 2012 (Mayan Prophecy) dan cerita mistis Bangsa Sumeria tentang Planet Nibiru, dan akhirnya kini memanas sebagai “ramalan kiamat” 21 Desember 2012. Namun, bukti-bukti astronomis yang digunakan untuk teori-teori ini benar-benar melenceng. Pada 18 Juni kemarin, peneliti-peneliti Jepang mengumumkan berita bahwa pencarian teoretis mereka untuk sebuah massa besar di luar Tata Surya kita telah membuahkan hasil. Dari perhitungan mereka, mungkin saja terdapat sebuah planet yang sedikit lebih besar daripada sebuah objek Plutoid atau planet kerdil, tetapi tentu lebih kecil dari Bumi, yang mengorbit Matahari dengan jarak lebih dari 100 SA. Tetapi, sebelum kita terhanyut pada penemuan ini, planet ini bukan Nibiru, dan bukan pula bukti akan berakhirnya dunia ini pada 2012. Penemuan ini adalah penemuan baru dan merupakan perkembangan yang sangat menarik dalam pencarian planet-planet minor di balik Sabuk Kuiper. Dalam simulasi teoretis, dua orang peneliti Jepang telah menyimpulkan bahwa bagian paling luar dari Tata Surya kita mungkin mengandung planet yang belum ditemukan. Patryk Lykawa dan Tadashi Mukai dari Universitas Kobe telah mempublikasikan paper mereka dalam Astrophysical Journal. Paper mereka menjelaskan tentang planet minor yang mereka yakini berinteraksi dengan Sabuk Kuiper yang misterius itu. Kuiper Belt Objects (KBOs) Sedna, salah satu objek di Sabuk Kuipert. Kredit : NASASabuk Kuiper menempati wilayah yang sangat luas di Tata Surya kita, kira-kira 30-50 SA dari Matahari, dan mengandung sejumlah besar objek-objek batuan dan metalik. Objek terbesar yang diketahui adalah planet kerdil (Plutoid) Eris. Telah lama diketahui, Sabuk Kuiper memiliki karakteristik yang aneh, yang mungkin menandakan keberadaan sebuah benda (planet) besar yang mengorbit Matahari dibalik Sabuk Kuiper. Salah satu karakterikstik tersebut adalah yang disebut dengan “Kuiper Cliff” atau Jurang Kuiper yang terdapat pada jarak 50 SA. Ini merupakan akhir dari Sabuk Kuiper yang tiba-tiba, dan sangat sedikit objek Sabuk Kuiper yang telah dapat diamati di balik titik ini. Jurang ini tidak dapat dihubungkan terhadap resonansi orbital dengan planet-planet masif seperti Neptunus, dan tampaknya tidak terjadi kesalahan (error) pengamatan. Banyak ahli astronomi percaya bahwa akhir yang tiba-tiba dalam populasi Sabuk Kuiper tersebut dapat disebabkan oleh planet yang belum ditemukan, yang mungkin sebesar Bumi. Objek inilah yang diyakini Lykawka dan Mukai, dan telah mereka perhitungkan keberadaannya. Para peneliti Jepang ini memprediksikan sebuah objek besar, yang massanya 30-70 % massa Bumi, mengorbit Matahari pada jarak 100-200 SA. Objek ini mungkin juga dapat membantu menjelaskan mengapa sebagian objek Sabuk Kuiper dan objek Trans-Neptunian (TNO) memiliki beberapa karakteristik orbital yang aneh, contohnya Sedna. Objek-objek trans Neptunian. Kredit : NASASejak ditemukannya Pluto pada tahun 1930, para astronom telah mencari objek lain yang lebih masif, yang dapat menjelaskan gangguan orbital yang diamati pada orbit Neptunus dan Uranus. Pencarian ini dikenal sebagai “Pencarian Planet X”, yang diartikan secara harfiah sebagai “pencarian planet yang belum teridentifikasi”. Pada tahun 1980an gangguan orbital ini dianggap sebagai kesalahan (error) pengamatan. Oleh karena itu, pencarian ilmiah akan Planet X dewasa ini adalah pencarian untuk objek Sabuk Kuiper yang besar, atau pencarian planet minor. Meskipun Planet X mungkin tidak akan sebesar massa Bumi, para peneliti masih akan tetap tertarik untuk mencari objek-objek Kuiper lain, yang mungkin seukuran Plutoid, mungkin juga sedikit lebih besar, tetapi tidak terlalu besar. “The interesting thing for me is the suggestion of the kinds of very interesting objects that may yet await discovery in the outer solar system. We are still scratching the edges of that region of the solar system, and I expect many surprises await us with the future deeper surveys.” - Mark Sykes, Direktur Planetary Science Institute (PSI) di Arizona. Planet X Tidaklah MenakutkanJadi, dari mana Nibiru ini berasal? Pada tahun 1976, sebuah buku kontroversial berjudul The Twelfth Planet atau Planet Kedua belas ditulis oleh Zecharian Sitchin. Sitchin telah menerjemahkan tulisan-tulisan kuno Sumeria yang berbentuk baji (bentuk tulisan yang diketahui paling kuno). Tulisan berumur 6.000 tahun ini mengungkapkan bahwa ras alien yang dikenal sebagai Anunnaki dari planet yang disebut Nibiru, mendarat di Bumi. Ringkas cerita, Anunnaki memodifikasi gen primata di Bumi untuk menciptakan homo sapiens sebagai budak mereka. Ketika Anunnaki meninggalkan Bumi, mereka membiarkan kita memerintah Bumi ini hingga saatnya mereka kembali nanti. Semua ini mungkin tampak sedikit fantastis, dan mungkin juga sedikit terlalu detail jika mengingat semua ini merupakan terjemahan harfiah dari suatu tulisan kuno berusia 6.000 tahun. Pekerjaan Sitchin ini telah diabaikan oleh komunitas ilmiah sebagaimana metode interpretasinya dianggap imajinatif. Meskipun demikian, banyak juga yang mendengar Sitchin, dan meyakini bahwa Nibiru (dengan orbitnya yang sangat eksentrik dalam mengelilingi Matahari) akan kembali, mungkin pada tahun 2012 untuk menyebabkan semua kehancuran dan terror-teror di Bumi ini. Dari “penemuan” astronomis yang meragukan inilah hipotesis Kiamat 2012 Planet X didasarkan. Lalu, bagaimanakah Planet X dianggap sebagai perwujudan dari Nibiru? Kemudian terdapat juga “penemuan katai coklat di luar Tata Surya kita” dari IRAS pada tahun 1984 dan “pengumuman NASA akan planet bermassa 4-8 massa Bumi yang sedang menuju Bumi” pada tahun 1933. Para pendukung hipotesis kiamat ini bergantung pada penemuan astronomis tersebut, sebagai bukti bahwa Nibiru sebenarnya adalah Planet X yang telah lama dicari para astronom selama abad ini. Tidak hanya itu, dengan memanipulasi fakta-fakta tentang penelitian-penelitian ilmiah, mereka “membuktikan” bahwa Nibiru sedang menuju kita (Bumi), dan pada tahun 2012, benda masif ini akan memasuki bagian dalam Tata Surya kita, menyebabkan gangguan gravitasi. Dalam pendefinisian yang paling murni, Planet X adalah planet yang belum diketahui, yang mungkin secara teoretis mengorbit Matahari jauh di balik Sabuk Kuiper. Jika penemuan beberapa hari lalu memang akhirnya mengarah pada pengamatan sebuah planet atau Plutoid, maka hal ini akan menjadi penemuan luar biasa yang membantu kita memahami evolusi dan karakteristik misterius bagian luar Tata Surya kita. Sumber : Universe Today

Tuesday, January 13, 2009

Alam Semesta Sudah Tua

Jarak galaksi dapat ditentukan dari ukuran yang tampak atau kecerlangannya. Galaksi yang tampak lebih kecil dan lebih redup dari galaksi lain yang serupa, berarti berjarak lebih jauh. Jarak juga bisa ditentukan menggunakan penanda jarak yang lain, seperti beberapa jenis bintang. Selain jarak, laju galaksi bergerak bisa dtentukan dengan pengetahuan spektrum-nya. (Spektrum cahaya dari galaksi adalah apabila kita memecah cahaya menjadi komponen warna-nya seperti pelangi). Dengan pengetahuan spektrum cahaya bisa memberikan identitas obyek apa yang diamati, maupun bagaimana obyek diamati bergerak, karena setiap spektrum obyek yang berbeda memberikan pola yang unik. Christian Doppler di tahun 1842 menunjukkan bahwa ketika sumber cahaya bergerak, gerakan tersebut menyebabkan mengubah gelombang, mengubah warna yang dilihat pada spektrum. Efek ini dikenal sebagai efek Doppler. Pengetahuan tentang efek Doppler ini memberitahu kita apakah suatu sumber cahaya mendekati atau menjauhi kita. Dari sini kita bisa mengetahui bagaimana benda-benda langit bergerak terhadap kita sebagai pengamat di Bumi, dan berapa cepat pergerakannya. Di tahun 1920-an, Edwin Hubble menemukan bahwa galaksi – galaksi bergerak terhadap kita dengan pola tertentu. Semakin jauh galaksi dari kita, semakin cepat pergerakannya. Pola ini yang dikenal sebagai “alam semesta mengembang”, karena pola perilaku ini terlihat pada semua arah di langit. Jadi bisa saja dianggap bahwa semua galaksi bergerak menjauhi galaksi Bima Sakti, tetapi tidak bisa dikatakan begitu saja bahwa Bima Sakti sebagai pusat semesta, karena pola yang sama bisa saja teramati oleh pengamat yang berada di galaksi yang lain. Jadi tidak serta merta disimpulkan dari pekerjaan Hubble bahwa kita berada pada pusat semesta atau kita berada pada posisi yang istimewa dalam semesta. Kembali pada pengukuran pergeseran cahaya yang teramati, ahli astronomi mencoba mengukur berapa lama pengembangan telah terjadi. Jika diasumsikan bahwa semua galaksi berangkat dari titik awal yang sama, maka bisa dideduksi, berapa jauh yang telah ditempuh suatu galaksi dan berapa kecepatan tempuhnya, kemudian membagi jarak terhadap laju. Dengan menambahkan faktor – faktor fisis yang realistis seperti adanya pengaruh gravitasi, atau adanya inflasi alam semesta, umur semesta diperoleh antara 12 sampai 14 milyar tahun. Umur Bintang Paling TuaBagaimana bintang bisa menyala? Bagaimana menentukan umurnya? Berapa lama bintang dapat menyala? Bintang (termasuk Matahari) dapat bersinar karena adanya proses termonuklir di dalamnya, yang berfungsi sebagai generator pembangkit energi, akibat perubahan hidrogen menjadi helium; akibat panas dan tekanan yang sangat intens dalam inti bintang, inti hidrogen ber-fusi menjadi inti helium dan energi yang terpancarkan. Proses fisis ini bisa digunakan untuk mengukur umur bintang. Fisika nuklir bisa menjelaskan berapa banyak energi yang dihasilkan dari fusi setiap atom hidrogen. Diketahui berapa banyak hidrogen panas dalam inti bintang, dan berapa cepat bintang menggunakan energinya untuk bersinar. Dengan demikian bisa dihitung berapa lama bintang bersinar sebelum kehabisan seluruh bahan bakarnya. Jika bintang telah kehabisan hidrogen di intinya, bintang berubah menjadi ‘raksasa merah’. Ketika kita menemukan adanya bintang raksasa tersebut, bisa ditentukan massa awalnya, tenaga awalnya, dan kala hidupnya dapat ditentukan. Demikian setelah diukur berbagai bintang yang telah tua tersebut, diperoleh dari metode ini umur semesta berkisar antara 10 – 15 milyar tahun. Umur Cahaya Dari Galaksi TerjauhSebagaimana yang telah diungkap tentang jarak dalam ‘tahun cahaya’, pengamatan memberikan informasi tentang galaksi yang sangat jauh, sehingga yang cahaya dikirimkan oleh galaksi tersebut butuh milyaran tahun untuk mencapai pengamat. Dari hal tersebut, sepertinya kita sedang menggunakan mesin waktu, ketika kita mengamati langit, kita mengamati peristiwa yang telah terjadi di waktu yang telah berlalu. Pengamatan dari Hubble Space Telescope memberikan jarak terjauh galaksi yang teramati mencapai 10 milyar tahun cahaya, dengan demikian paling tidak semesta kita ini telah berumur 10 milyar tahun. Umur Komposisi KimiaSetelah ledakan besar awal (big bang), semesta tersusun dari elemen – elemen paling sederhana, yaitu hidrogen dan helium. Galaksi yang sangat-sangat jauh merupakan bukti bahwa hal ini memang demikian adanya, karena memiliki komposisi hidrogen dan helium yang jauh lebih besar. Komposisi kimia yang lebih kompleks dari hidrogen dan helium terbentuk kemudian akibat reaksi nuklir dalam inti bintang, atau ketika bintang yang sangat masif berakhir nasibnya dalam ledakan besar (supernova). Di dalam supernova yang teramati, terdapat elemen kimia yang terbentuk setelah 10-20 milyar tahun. Paling tidak ada empat metode yang saling independen dipergunakan untuk menentukan umur alam semesta, kendati tidak tepat sama, tetapi paling tidak menunjukkan adanya kesesuaian, umur semesta sudah lebih dari 10 milyar tahun. Dan semua astronom sependapat dan berkeyakinan, bahwa semesta, semua galaksi, bintang-bintang benar-benar sudah tua dan telah tercipta di suatu masa yang sangat lampau.

Air Terjauh di Galaksi Asing

Air, tidak hanya dimiliki bumi. Komponen yang satu ini tersebar di alam semesta dalam berbagai bentuk, baik cair, padat maupun gas. Pencarian air selalu menjadi hal yang menarik, karena air diidentikan dengan kehidupan. Nun jauh di salah satu sudut alam semesta, para astronom berhasil menemukan air terjauh yang pernah terlihat. Air tersebut berada di sebuah galaksi yang jaraknya lebih dari 11 milyar tahun cahaya dari Bumi. Sebelumnya air berhasil ditemukan paling jauh berada di galaksi yang jauhnya 7 milyar tahun cahaya dari Bumi. Tanda keberadaan air berhasil ditemukan menggunakan teleskop radio raksasa berdiameter 100 meter di Effelsberg, Jerman dan Very Large Array milik National Science Foundation di New Mexico. Galaksi berair yang dikenal dengan nama MG J0414+0534, memiliki quasar — lubang hitam supermasif yang memancarkan cahaya yang sangat terang - di intinya. Pada area di dekat inti, molekul air bertindak sebagai maser (Microwave Amplification by Stimulation Emission of Radiation) yang sama kuat dengan laser, dan menguatkan gelombang radio pada frekuensi tertentu. Penemuan ini mengindikasikan keberadaan maser air raksasa lebih umum terdapat pada saat alam semesta dini dibanding sekarang. Pengamatan yang dilakukan sekarang berhasil melihat kondisi MG J0414+0534 saat alam semesta masih berusia 1/6 dari usia saat ini. Pada galaksi yang jaraknya sangat jauh, bahkan penguatan gelombang radio terkuat yang dlakukan oleh maser tidak cukup kuat untuk bisa dideteksi teleskop radio. Namun, para ilmuwan justru mendapat bantuan dari alam dalam bentuk galaksi lain yang berjarak hampir 8 milyar tahun cahaya dan berada di garis pengamatan MG J0414+0534 dan Bumi. Gravitasi galaksi tersebut bertindak sebagai lensa yang membuat galaksi jauh lebih terang dan pancaran molekul air jadi tampak oleh teleskop radio. Air di jarak yang sangat jauh ini bisa diketahui sinyalnya dengan bantuan lensa gravitasi. Teleskop kosmik tersebut mereduksi waktu yang dibutuhkan untuk dapat mendeteksi air dalam faktor sekitar 1000. Sinyal air pertama kali dideteksi oleh teleskop Effelsberg dan kemudian digunakan VLA untuk mempertajam kemampuan pencitraan yang bisa mengkonfirmasi asal galaksinya. Keberadaan lensa gravitasi memberikan 4 citra MG J0414+0534 yang terlihat dari Bumi. Nah dengan VLA, para peneliti bisa menemukan gelombang radio yang spesifik menyatakan keberadaan air pada 2 citra terang yang dihasilkan. Dua citra lainnya terlampau lemah untuk bisa dideteksi keberadaan sinyal airnya. Frekuensi yang dipancarkan molekul air merupakan pergeseran Doppler akibat pengembangan alam semesta dari 2,2 GHx - 6,1 GHz. Air yang bertindak sebagai maser sudah ditemukan pada sejumlah galaksi yang jaraknya dekat. Biasanya air diperkirakan berada dalam piringan molekul yang mengorbit lubang hitam supermasif pada jarak yang sangat dekat di inti galaksi. Pancaran gelombang radio yang mengalami penguatan biasanya akan teramati saat piringan tampak dari samping dan terlihat tepiannya. Namun galaksi MG J0414+0534 ternyata orientasinya saling berhadapan dengan Bumi. Dengan demikian molekul air yang kita lihat dalam maser bukan di dalam piringan melainkan dalam materi yang terlontar sebagai akibat lontaran gravitasi lubang hitam yang diorbitnya. Materi yang terlontar tersebut bergerak dalam jet super cepat. Sumber : NRAO

Sarah Brightman

Sarah Brightman (born 14 August 1960) is an English classical crossover soprano, actress, songwriter and dancer. She was a musical theatre performer and partner of theatre composer Andrew Lloyd Webber, with whom she originated roles including Christine Daae in The Phantom of the Opera. Her 1984 marriage to Andrew Lloyd Webber ended in 1990. After her divorce, Brightman became a crossover artist with former Enigma producer Frank Peterson. Her style, a blend of classical vocals and pop-inspired instrumentation and arrangement, earned her further success. Brightman has received 160 Gold and Platinum awards in 34 countries. She has sold 26 million albums